Berpenghasilan 950 Juta Setahun, Pria Ini Hidup Mapan Tapi Sayang Tak Ada Gadis Yang Mau Jadi Kekasihnya Setelah Tahu Apa Pekerjaanya!
Pria ini ternyata bekerja sebagai Embalmer (pengawet mayat): Tahukah anda, di luar negeri terdapat salah satu pekerjaan yang cukup unik dan bagi yang ahli dalam bidang ini, tentu saja akan meraup pundi-pundi uang yang sangat banyak.
Pekerjaannya adalah mengawetkan mayat dengan menggunakan bahan kimia, istilahnya adalah pembalseman mayat.
Banyak orang yang tidak mau melakukan pekerjaan ini, alasannya beragam, karena takut, kasihan, dan tak tahan dengan bau menyengat dari mayat tersebut.
Jika Anda diterima di pekerjaan ini anda akan mendapatkan uang sebesar 950 juta rupiah per tahun.
Itulah pekerjaan Pasu yang berusia 36 tahun. Ia sudah bergerak di bidang ini selama 13 tahun.
"Pekerjaan ini beda dari yang lain. Saudaraku takut pendapatanku kurang banyak, sehingga ia merekomendasikan aku untuk kerja sebagai pengawet mayat.
Aku pun setuju dan mulai kerja sampingan di sana."
Hari pertama Pasu belajar cara mengawet mayat adalah mengamati gurunya bagaiman cara mencuci tubuh, merias wajah dan sebagainya.
"Pada hari pertama, aku tidak melakukan apa-apa. Tapi aku ingat guru mentraktir saya makan mie jeroan sapi."
Sebenarnya, sang guru hanya ingin mengetes apakah Pasu akan merasa mual, tapi Pasu malah menghabiskan mie jeroan sapi tersebut.
"Sama sekali gak mual, kayaknya aku emang cocok bekerja dibidang ini." Itulah cerita bagaimana Pasu bisa memilih pekerjaan yang unik ini.
Pasu mengaku bahwa selama 13 tahun ini, ia telah menyentuh ribuan mayat termasuk orang asing dan teman-temannya.
Pekerjaan ini memang tidak gampang, apalagi mengurus mayat yang lompat bunuh diri.
"Aku harus merapikan kembali wajah mayat yang bunuh diri, supaya keluarga dapat melihat wajah yang mereka kenal." tuturnya.
"Jika keluarga harus melihat wajah yang belum dirapikan, pasti mereka sangat sedih dan tidak tahan. Jadi proses seperti ini membutuhkan kemampuan seni."
Banyak orang yang ingin umur panjang, tapi Pasu merasa apakah hidup panjang lebih baik?
Ia mengaku melihat 80% orang tua yang harus dipakai tabung. Kalau tidak ia dapat memegang bahwa tulang mereka retak, yang mengartikan bahwa sebelum meninggal mereka sempat diupayakan untuk diselamatkan.
"Orang tua tidak takut untuk mati, hanya takut rasa sakit. Mereka hanya bisa tidur di ranjang rumah sakit dan ingin mencabut tabung yang masuk ke dalam tubuh mereka.
Tangan mereka penuh dengan memar, yang artinya mereka diikat untuk tidak bergerak sana sini."
Orang-orang tua itu berbaring menunggu kematian mereka, apakah benar hidup panjang lebih baik?
Hal ini membuat Pasu merasa bahwa ia tidak dapat mengendalikan hidupnya sendiri, membuatnya lebih mensyukuri hidup.
Melihat begitu banyak jenazah membuat Pasu sadar bahwa kematian itu sangat dekat, setiap hari ada saja orang yang meninggal, dari anak kecil sampai orang tua.
"Saya melihat pria dan wanita, bahkan bayi. Beberapa memiliki wajah, beberapa di antaranya tidak diketahui nama dan identitasnya. Sebenarnya tidak ada perbedaan antara orang mati."
Pengalaman Pasu membuat ia teringat sebuah kalimat yang tidak akan ia lupakan,
yaitu: datang ke dunia dengan tangan kosong, meninggalkan dunia juga dengan tangan kosong.
"Apa yang kamu capai dalam hidup tidak akan terlihat setelah kematian. Sebaliknya apa yang kamu tinggalkan untuk keluarga dan teman, atau apa yang pernah kamu lakukan untuk dunia baru ada artinya."
Menjadi pengawet tubuh selama 13 tahun ini, membuat Pasu melihat dunia berbeda dari orang lain.
Bagaimana seseorang hidup, bagaimana seseorang meninggal, apa yang disebut hidup dengan ada arti.
Dengan pengobatan yang semakin lama semakin modern, banyak orang yang berharap dapat memperpanjang umur mereka,
sumber: http://palembang.tribunnews.com